Selasa, 12 Mei 2015

Makalah Pentingnya Literasi Informasi

A. Pendahuluan
Dunia perpustakaan Indonesia sebenarnya telah lama mengenal dan melakukan aktivitas yang berkenaan dengan literasi informasi, meskipun dengan istilah yang berbeda – pendidikan pemakai.Literasi informasi dikembangkan di Amerika Serikat sejak akhir 1980-an, yang memberikan penekanan kembali pada kegiatan ‘bibliographic instruction’ yang diselenggarakan di perpustakaan-perpustakaan akademik.Di Inggris istilah ‘bibliographic instruction’ ekuivalen dengan ‘user education’.Sekarang, penggunaan istilah literasi informasi menjadi lebih populer dibanding dengan user education, karena telah terjadi perubahan agenda dalam dunia pendidikan dan juga karena dari perkembangan hybrid library yang kemudian dikenal dengan digital library.
Tidak hanya sampai pada konsep pengembangan digital library, sesungguhnya perkembangan pesat yang terjadi di dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi atau Information and Communication Technologies (ICTs) berdampak luas terhadap penyelenggaraan perpustakaan.Dampak itu, terutama berupa peningkatan jumlah dan jenis sumber-sumber informasi atau dikenal dengan istilah ‘banjir informasi’.Banjir informasi adalah suatu keadaan di mana informasi yang tersedia sangat banyak jumlahnya, baik sumber maupun formatnya.
Banjir informasi terjadi karena setiap orang dimungkinkan menghasilkan informasi dengan lebih mudah dan dalam berbagai format tanpa harus melibatkan banyak orang atau institusi lain. Keadaan tersebut didukung pula oleh adanya peningkatan kepemilikan personal computer (PC).Harga komputer relatif lebih murah dan terjangkau oleh kebanyakan orang di seluruh dunia.Sementara, software yang tersedia semakin memudahkan pemakai bekerja dengan komputer untuk berbagai macam keperluan, termasuk kemudahan menghasilkan informasi. Sehingga, kemudian muncul prediksi bahwa produksi dan akses informasi dari rumah, tempat kerja, dan perpustakaan serta dari pusat-pusat informasi akan terus meningkat seiring perjalanan kita pada abad 21 ini. Hal ini sangat sejalan dengan dikemukan oleh Deegan dan Tanner (2002) dalam bukunya “Digital Futures: Strategies for the Information Age”. Mereka memberikan perkiraan bahwa produksi informasi dunia sekitar 1,5 juta milyar informasi per tahun. Jumlah tersebut kira-kira sama dengan 250 MB atau ekuivalen dengan 250 buku yang dihasilkan setiap orang di planet bumi ini.
B. Latar Belakang
Dunia pendidikan menjadi tumpuan dan harapan negara-bangsa Indonesia untuk dapat duduk sejajar dengan negara-bangsa lain. Sebab, kemajuan suatu negara-bangsa tidak bisa dicapai tanpa didukung oleh sistem pendidikan bermutu. Sistem pendidikan bermutu akan berkontribusi besar terhadap lahirnya SDM bermutu yang dapat meningkatkan kemandirian dan daya saing bangsa lewat penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, kebudayaan, dan peradaban. Sistem pendidikan dalam konteks ini tidak hanya terbatas pada pendidikan formal saja, tetapi juga pendidikan informal, seperti lewat berbagai layanan yang diberikan oleh perpustakaan.
Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025, disebutkan bahwa salah satu arah, tahapan, dan prioritas pembangunan jangka panjang tahun 2005-2025 adalah mewujudkan bangsa yang berdaya saing, karena hal ini menjadi kunci bagi tercapainya kemajuan dan kemakmuran bangsa. Untuk memperkuat daya saing bangsa, pembangunan nasional jangka panjang diarahkan pada beberapa hal, dua di antaranya adalah mengedepankan pembangunan sumber daya manusia berkualitas dan berdaya saing dan meningkatkan penguasaan, pemanfaatan, dan penciptaan pengetahuan.
Informasi adalah fondasi untuk memberdayakan masyarakat.Informasi digunakan untuk melakukan kontrol terhadap kehidupan pribadi seseorang dan atau untuk memainkan peran lebih aktif dan positif di dalam pembangunan masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan.Informasi memberikan kontribusi terhadap pembangunan demokrasi, pemberdayaan ekonomi, peningkatan nilai-nilai professional, dan lain-lain.Di sinilah sesungguhnya tanggung jawab sosial pustakawan yang dapat dilakukan lewat berbagai layanan (service) dan ketersediaan sumber-sumber informasi perpustakaan dalam berbagai ragam, format, dan konteks.
Selain pemanfaatan teknologi dalam berbagai aspek kehidupan pada era global ini juga sangat identik dengan adanya kompetisi dan kerjasama (competition and cooperation).Kompetisi ketat seperti yang terjadi sekarang ini, mengharuskan kita bekerja lebih keras guna mempersiapkan SDM yang sanggup dan mampu bersaing secara global.Implikasinya, sistem pendidikan kita (termasuk juga perpustakaan) sekarang harus segera dibenahi, sehingga lebih representatif untuk mendukung pembangunan SDM yang berkualitas. Dengan kata lain, institusi pendidikan kita harus dikembangkan berdasarkan trend global yang berstandar internasional. Tujuannya, agar institusi pendidikan dan juga produknya (alumni) mampu dan sanggup bersaing secara global. Secara sederhana, perpustakaan sebagai komponen utama dalam proses pembelajaran harus segera diberdayakan guna memberikan kontribusi optimal terhadap pengembangan SDM yang berkualitas.
Sangat tepat, kalau dari sekarang kita menempatkan pengembangan SDM sebagai prioritas utama dalam pembangunan di negara ini. Sebab, SDM yang berkualitas dan berdaya
saing yang akan menjadi penggerak utama pembangunan dalam berbagai sektor kehidupan. Hal ini sangat realistis.Kita memiliki potensi kekayaan sumber daya alam (SDA) yang melimpah.Tetapi, tidak didukung dengan ketersediaan SDM yang berkualitas dalam jumlah yang memadai. Sementara, SDA akan habis karena tidak terbaharukan. Karenanya, kita harus melahirkan SDM yang berkualitas, trampil, dan profesioanal yang akan mengelola dan memberikan nilai tambah (value-added) dari kekayaan SDA yang kita miliki. Kondisi ini akan mengurangi ketergantungan kita terhadap negara lain, di samping akan mengurangi penyakit-penyakit sosial yang ada, seperti kemiskinan, pengangguran, dan kriminilitas.
Berangkat dari isu pengembangan SDM Indonesia itu, maka literasi informasi harus segera dimasyarakatkan (disosialisasikan), kemudian diterapkan di dalam sistem pendidikan di Indonesia. Tujuannya, agar kita dapat meningkatkan kemandirian dan daya saing bangsa lewat penguasaan ilmu pengetahuan, teknologi, kebudayaan, dan peradaban yang memungkinkan kita dapat hidup setara dan sejajar dengan negara-bangsa lain.


C. Peran Literasi Informasi

Adapun peran literasi informasi di kalangan masyarakat umum, antara lain :
1.    Bidang Sains
Dalam bidang ini literasi informasi dapat dimanfaatkan dalam pengolahan informasi cuaca, misalnya prediksi hujan.Dengan manfaat ini masyarakat dapat mengantisipasi kondisi tersebut.Selain peramalan cuaca manfaat lainnya yaitu dapat meluncurkan satelit yang bisa kita pantau dari bumi.


2.    Bidang teknik/ rekayasa
Manfaat aplikasi pada bidang ini yaitu berperan menyampaikan cara menciptakan aplikasi yang bisa digunakan untuk menggambar, merancang pola bagi arsitek dll. Contoh dari aplikasi ini yaitu, seperti Auto Cad, Corell Draw, Ms Project.       



3.    Bidang Ekonomi/ Bisnis
Pemanfaatan teknologi informasi bagi para pelaku ekonomi yaitu melaui e-Commerce, dengan e-Commerce pemilik usaha dapat mempublish usahanya melalui internet.Seperti misalnya informasi mengenai spesifikasi dan harga produk yang dijual serta transaksi penjualannya.
Teleconference merupakan salah satu aplikasi yang bisa digunakan oleh para pelaku bisnis. Dengan aplikasi tersebut pebisnis dapat terus memantau kegiatan bisnis atau berkomunikasi dengan rekan bisnismeskipun tidak berada di tempat dan bertatap muka.


4.    Bidang Administrasi Umum
Dengan kemajuan literasi informasi, kegiatan yang tadinya dikerjakan secara manual sudah bisa dikerjakan dengan memanfaatkan teknologi seperti computer atau automatic yang tentunya lebih bisa menghemat waktu dan biaya serta kegiatannya lebih efektif.


7.    Bidang Pendidikan
Peran literasi informasi di bidang ini sangat penting.Karena dengan pendidikan literasi informasi yang baik, pengolahan informasi bisa lebih efektif dan memudahkan para pelajar mendapatkan tambahan atu mengembangkan materi yang dipelajarinya.Selain itu dapat membentuk generasi yang melek informasi.





8.      Bidang Pemerintahan
Salah satu yang dilakukan pemerintah adalah dengan pembuatan web atau situs pemerintahan akan memudahkan masyarakat luas mengetahui informasi mengenai pemerintahan. Misal kinerja, program maupun kebijakan baru yang yang berkaitan dengan insatansi pemerintah.
             

9.    Bidang Kesehatan
Salah satu peran literasi informasi di bidang kesehatan seperti berjalannya penyuluhan mengenai menjaga kesehatan, dan bertukar berbagai informasi penting di kalangan medis mengenai suatu pengobatan.


10.  Bidang Industri / Manufaktur
Pekerjaan mesin-mesin dengan sistem terkomputerisasi sekarang ini sudah banyak dipakai oleh perusahaan manufaktur.Dimana dengan literasi, para pekerja di bidang ini dapat lebih mengoptimalkan pekerjaan mereka.



11.  Bidang Transportasi
GPS merupakan salah satu bentuk peran literasi informasi.Dengan dipasangnya GPS di mobil para pngendara mobil dapat dengan mudah menentukan lokasi yang dituju.



12.  Bidang Pertahanan dan Keamanan
Keamanan dapat di deteksi dengan pemasangan radar yang akan memantau perlintasan luar yang masuk baik melalui darat, air maupun laut.Para tentara atau petugas keamanan belajar banyak mengenai pengolahan informasi agar dapat melaksanakan tugas dengan baik.

Konsep literasi informasi dan peranan pentingnya dalam pembelajaran formal telah menjadi kajian utama, terutama di negera-negara maju seperti Inggris, Amerika Serikat, dan Australia.Concern mereka terhadap hal tersebut disebabkan adanya ledakan informasi (information explosion) di samping kemampuan dalam menyimpan dan menyebarkan informasi.Akibatnya, informasi yang tersedia begitu banyak, baik sumbernya maupun formatnya. Keadaan ini akan mempersulit pengguna informasi – bila ia tidak memiliki skill yang cukup sebagaimana orang yang information literate miliki. Skill itu akan membantu pengguna informasi untuk memilih informasi yang lebih spesifik dan pas dengan kebutuhannya. Di samping itu, dibutuhkan pula kemampuan untuk melakukan evaluasi akan keotentikan, kesahihan (validitas), dan realibilitas dari informasi yang didapatkan.
Kondisi tersebut mendorong sejumlah kalangan memberikan komentar terhadap pentingnya seseorang memahami hakikat dan tujuan literasi informasi di dalam kehidupan setiap individu. Literasi informasi dianggap sebagai keterampilan penting dan utama dalam menyelesaikan berbagai masalah atau dikenal dengan istilah ‘problem solving and decision making skills’. Kemampuan ini teramat sangat diperlukan dan menjadi salah satu kebutuhan dasar agar dapat tetap survive di era informasi seperti sekarang ini. Untuk itu, kita harus meredefinisi peran informasi yang sesungguhnya di dalam kehidupan kita – di rumah, di tempat kerja, dan di dalam kehidupan masyarakat.
Literasi informasi menurut Association of College and Reseach Libraries (ACRL) adalah “a set of abilities to recognize when information is needed and have the abilitiy to locate, evaluate, and use needed information effectively”
Seseorang yang terampil dalam literasi informasi tidak hanya akan memiliki kemampuan untuk mengenal kapan ia membutuhkan informasi, tetapi ia juga memiliki kemampuan untuk menemukan informasi, dan mengevaluasinya, serta mampu mengeksploitasi informasi untuk mengambil berbagai keputusan yang tepat sasaran.
Individu yang information literate, akan memiliki rasa percaya diri, kemandirian, penuh inisiatif, dan memiliki motivasi tinggi dalam melakukan berbagai aktivitas. Di samping itu, ia adalah individu yang tahu bagaimana cara belajar dan terus melakukan upaya untuk melakukan lifelong learning yang menjadi misi utama dari penyelenggaraan pendidikan. Literasi informasi, pada hakikatnya merupakan prasyarat, inti (core), dan dasar atau fondasi dari lifelong learning.Sehingga, kedua konsep ini tidak dapat dipisahkan, satu dengan lainnya.
Dari sejumlah kemampuan yang harus dimiliki oleh seseorang yang information literate, maka hal itu bermakna bahwa literasi informasi adalah suatu proses pemberdayaan seseorang di dalam setiap tahap perjalanan hidupnya guna mencari, mengevaluasi, menggunakan, dan menciptakan informasi secara efektif untuk mencapai tujuan pribadi, sosial, pekerjaan, tujuan pendidikan, dan tujuan-tujuan lainnya. Dengan demikian, literasi informasi merupakan hak asasi manusia di dalam era informasi ini.
Peran signifikan literasi informasi semakin penting bila kita mencermati dan menelaah apa yang dinyatakan dalam dokumen ‘The Alexandria Proclamation on Information Literacy and Lifelong Learner’. Di situ ada statement yang menyatakan bahwa:
“Information literacy is crucial to the competitive advantage of individuals, enterprises (especially small and medium enterprises), region and nations (and) provides the key to effective access, use and creation of content to support economic development, education, health and human services, and all other aspects of contemporary societies..”
Dari kutipan itu jelas sekali bahwa setiap aspek kehidupan manusia tercakup dalam konsep literasi informasi.Namun, untuk sampai pada tahap implementasi diperlukan rumusan yang intergral dan komprehensif yang melibatkan berbagai komponen di dalam sistem pendidikan dan perpustakaan serta komponen masyarakat lainnya yang memiliki perhatian terhadap kemajuan dunia pendidikan dan juga pengembangan SDM Indonesia.

Lifelong Learning
Sebagai salah satu bagian terpenting dari paradigma dunia pendidikan abad 21 (era informasi), lifelong learning harus menjadi salah satu concern perpustakaan guna memberikan kontribusi optimal di dalam proses pendidikan. Lifelong learning telah menjadi bagian integral dari sistem pendidikan di sejumlah negara maju, seperti Amerika Serikat.Sehingga, tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa konsep lifelong learning telah menjadi embrio lahirnya budaya belajar (termasuk budaya baca) yang kuat di dalam kehidupan masyarakatnya.
Memang, lifelong learning merupakan fondasi dasar untuk membangun masyarakat pembelajar (learner society) yang juga menjadi harapan dan cita-cita negara–bangsa Indonesia. Menurut hemat penulis, agenda ini sesungguhnya telah lama menjadi agenda dunia perpustakaan Indonesia - yang salah satunya lewat kegiatan ‘kampanye gemar membaca’ dengan tujuan utama adalah untuk membangun budaya belajar masyarakat.
Menurut Brophy, Fisher, dan Craven (1998), lifelong learning diartikan sebagai: “a deliberate progression throughout the life of an individual, where the initial acquisition of knowledge and skills is reviewed and upgraded continuously, to meet challenges set by an ever-changing society”
Konsep pembelajaran sepanjang hayat yang disampaikan oleh Brophy, Fisher, dan Craven itu mengindikasikan adanya proses yang berlangsung dinamis dan terus menerus, kemudian melahirkan pembaharuan di dalam diri lifelong learner - yang relevan dan sesuai dengan kebutuhan zaman. Dan, tentu saja secara kualitatif, lifelong learning berbeda dengan konsep pembelajaran konvensional (tradisional) yang lebih terstruktur sebagaimana yang ada di dalam sistem sekolah dan atau pendidikan tinggi.
Sejumlah karakteristik dari proses lifelong learning, seperti: aktivitas pembelajaran yang berlangsung terus menerus, berintikan pada pengembangan skill, berlangsung informal, tidak terpusat, dapat berlangsung kapan dan di mana saja, modul pembelajaran yang tidak terstruktur, mandiri (independent), pembelajaran kelompok sebagai kegiatan sosial, dan tidak bersifat eksklusif. Dengan kata lain, kunci lifelong learning ini adalah kemampuan untuk mengembangkan proses belajar melampaui batas ruang kelas, menciptakan kesempatan belajar sendiri dan mandiri, menyediakan sarana praktek dan bertanggung jawab secara profesional dalam berbagai bidang kehidupan.

D. Perpustakaan Nasional dan Literasi Informasi
Mencermati perkembangan Literasi Informasi di Indonesia yang pada era globalisasi ini, maka program literasi informasi harus mendapatkan perhatian serius.Program ini perlu dijadikan sebagai salah satu agenda nasional yang harus dilaksanakan segera. Karena, literasi informasi sesungguhnya bukan sekedar isu perpustakaan atau pendidikan saja, akan tetapi literasi informasi adalah isu penting dalam pengembangan ekonomi, kesehatan, kemasyarakatan, dan peningkatan kualitas hidup manusia. Sehingga, literasi informasi itu dapat dikatakan sebagai ketrampilan yang harus dimiliki dan dipraktekkan secara nasional.
Literasi informasi sebagai ‘a key skill nationally’ makin mengukuhkan peran perpustakaan Nasional Republik Indonesia untuk mengambil porsi yang lebih besar dalam pemasyarakatkan dan penerapkan literasi informasi secara nasional. Perpustakaan Nasional dan juga jenis perpustakaan lainnya sebagai bagian dari sistem nasional perpustakaan memiliki kedudukan sebagai infrastruktur pendidikan dan kebudayaan.Untuk itu, perpustakaan harus dipertahankan agar tetap menjadi pusat informasi di tengah perkembangan dan tantangan ICTs.Sebab, ketersediaan dan akses sumber-sumber informasi elektronik (internet) yang dapat diakses dengan lebih mudah, cepat, dan menarik dapat berakibat pada berkurangnya jumlah kunjungan pemakai (secara fisik) dan penurunan akses sumber-sumber informasi tercetak/terekam di perpustakaan.Sehingga, dari keadaan ini menuntut peran perpustakaan untuk memberdayakan pemakainya memanfaatkan informasi secara efektif dan efisien lewat program literasi informasi.
Di samping, dasar-dasar pemikiran seperti tersebut di atas, literasi informasi sangat layak untuk diangkat sebagai salah satu agenda nasional.Sebab, pengembangan dan penerapannya sangat relevan dengan sasaran pendidikan nasional yang bertujuan meningkatkan daya saing (national competitiveness).







D. Kesimpulan
Keberadaan kita pada era informasi ini membawa kita ke dalam suatu paradigma baru yang mengharuskan melakukan pendekatan-pendekatan baru di dalam merespon sejumlah isu penting yang berhubungan dengan penyelenggaraan perpustakaan sebagai bagian penting dari sistem pendidikan di Indonesia.Perkembangan ICTs telah menciptakan sejumlah peluang dan tantangan bagi perpustakaan.Implementasi ICTs di perpustakaan telah membuka kesempatan besar bagi perpustakaan untuk ikut serta memberikan kontribusi terhadap pembangunan SDM yang berkualitas lewat berbagai layanan dan program pendidikan yang diselenggarakan di perpustakaan, bahkan dimana saja seiring dinamika masyarakat.

11




•    Sumberbelik.com
•    Wikipedia.com
•    Mocikuedu.blogspot.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar