Selasa, 12 Mei 2015

Makalah Tingkah Laku Terpuji



KATA PENGANTAR

            Syukur dan pujian kekhadirat Allah SWT. Yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk bisa memfresentasikan makalah ini yang berjudul : Tingkah Laku Terpuji Dan Selawat beserta salam kepada Muhammad SAW dengan sepotong lafaz do’a “Allohumma sholli ‘ala Muhammad wa ala ali Muhammad”
            Selanjutnya kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dosen Pembimbing yang telah berkenan membimbing kami dalam mata kuliah “Hadits” yang telah membantu. Dalam makalah ini tentu sangat banyak kelemahannya, oleh karenanya kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dan terlebih dahulu kami ucapkan terima kasih.
            Demikian makalah ini kami sajikan semoga bermanfaat bagi kami dan pembaca.
























 

 






DAFTAR ISI

SAMPUL......................................................................................               1
KATA PENGANTAR................................................................               2
DAFTAR ISI................................................................................               3

BAB       I        PENDAHULUAN
                        A. Latar Belakang..................................................               4

BAB       II      PEMBAHASAN
                        A. Pentingnya Kejujuran.......................................               5
                        B. Kejujuran membawa Kebajikan........................               7
                        C.  Orang Yang Jujur Mendapat Pertolongan Allah
                             ..........................................................................               9           
              
BAB       III     PENUTUP
                        A. Kritik dan Saran................................................             10
        
DAFTAR PUSTAKA











 


 








 
 
















BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam  sangat menghargai orang yang bersifat jujur. seorang muslim harus memiliki tingkah laku  terpuji sebagaimana tingkah laku terpiji yang dimiliki oleh rasulullah saw(sidiq, tabbligh, amanah, fatonah), beliaulah panutan dan suritauladan kita sebagai umatnya. Sebagai seorang muslim, walaupun semua itu sulit apa lagi dengan selalu diuji dengan godaan-godaan setan,  kita harus tetap berusaha dan terus menerus belajar untuk selalu memperbaiki tingkah laku kita sehingga kita bias mencerminkan tingkah laku terpuji yang dimiliki oleh rasulullah dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam hubungan social tingkah laku terpuji sangat menentukan kita dlam pandangan orang lain terutama ketika kita sedang berbicara dengan seseorang yang lebih tua dari kita. Namun, bukan berarti hanya dengan orang yang lebih tua lah  kita berbicara sopan, dengan teman sebayapun bahkan dengan seseorang  usianya lebih muda dari kita, kita harus selalu berusaha mencerminkan bahkan mencontohkan nya kepada mereka.
Beberapa Tingkah laku terpuji diantaranya yaitu bisa berupa Berbicara yang sopan, kejujuran , budipekerti  yang baik dan lain sebagainya. Jika kita perhatikan realita sekarang tentang sebuah kejujuran  sangtlah sulit kita temukan.  Untuk itu mulai dari saat ini kita harus menanamkan kejujuran mulai dari diri kita sendiri.
Kami mengharapkan  makalah kami ini bisa dipahami terutama bisa diterapkan  dalam kehidupan sehari-hari. Perumusan masalah  dalam makalah kami  meliputi,  memahami pentingnya kejujuran, kejujuran membawa kebajikan, orang yang jujur mendapat pertolongan Allah swt. Dalam rumusan masalah tadi, insaallah kami akan menjelaskan pemaparannya dalam isi makalah kami ini.



BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pentingnya Kejujuran
"أبو أمامة يقول: قال bakhili Rasullullah را أن الله قال: استطيع ان اؤكد منزل في حديقة السماء لأولئك الذين يتركون النقاش على الرغم من انه كان على حق. وتضمن منزل في وسط الارتفاع الكبير للأشخاص الذين لا تكذب حتى يمزح. وتضمن منزلا في أعلى جزء من الزيادة لعقل جيد والحرف. "(HR أبو داود بسند أصيلة)
Artinya:
“Abu umamah Al:bakhili ra berkata bahwa rasullullah saw bersabda, saya dapat menjamin suatu rumah di kebun syurga untuk orang yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benar. Dan menjamin suatu rumah di pertengahan surga bagi orang yang tidak berdusta meskipun bergurau. Dan menjamin suatu rumah di bagian tertinggi dari surga bagi orang yang baik budi pekertinya.” (Hr abu daud dengan sanad yang sahih)

Penjelasan isi kandungan hadis di atas
Hadis diatas menerangkan tiga perilaku penting yang mendapatkan jaminan surga dari rasulullah bagi mereka yang memilikinya. Tentu saja, ke tiga perilaku ini harus di iringi berbagai kewajiban lainnya yang telah ditentukan islam. Ketiga perilaku tersebut adalah:[1]
1.   Orang yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benar
Berdebat atau berbantah-bantahan adalah suatu pernyataan dengan maksud untuk menjadikan orang lain memahami suatu pendapat atau mengurangi kewibawaan lawan debat dengan cara mencela ucapannya sekalipun orang yang mendebatnya itu tidak tahu persis permasalahan, karna kebodohannya. Dan yang lebih ditonjolkan
]dalam berdebat adalah keegoannya sendiri sehingga ia berusaha mengalahkan lawan debatnya dengan berbagai cara.
Sebenarnya, tidak semua bentuk perdebatan dilarang dalam islam apa lagi kalau bedebat dalam mempertahankan akidah. Hanya saja, perdebatan sering kali membuat orang lupa diri terutama kalau perdebatannya oleh keegoan masing-masing, bukan di dasarkan pada keinginan untuk mencari kebenaran.


2.   Orang yang tidak berdusta meskipun bergurau
Berdusta adalah menyatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Dusta sangat dilarang dalam islam. Karena selain merugikan diri sendiri, juga merugikan orang lain.
Sebaliknya, islam sangat menghargai orang yang bersifat jujur walupun dalam bercanda. Orang-orang yang selalu jujur, sekli pun dalam bercanda sebagaimana di sebutkan dalam hadis diatas dijaminkan oleh rasuallah saw. Satu tempat ditengah surga.
3.   Orang yang baik budi pekertinya
Sifat lainnya yang meningkatkan derajat seseorang disisi Allah SWT. Dan juga dalam pandangan manusia adalah akhlak terpuji.
Sifat orang yang berakhlak mulia, diantaranya adalah bermuka manis, berusaha untuk membantu orang lain dalam perkara yang baik, serta menjaga diri dari perbuatan jahat. Orang yang memiliki sifat seperti itu selain dijanjikan surga sebagaimana dinyatakan dalam hadis diatas, juga dianggap sebai orang yang paling baik diantara sesame manusia lain.
Analisis Hadis diatas Sesuai Dengan Kacamata Seorang Pendidik Serta Kaitannya Dengan Berbagai Aspek Kehidupan
Dalam hadis diatas, yang diriwayatkan oleh abu dawud dengan snad yang shahih itu yang telah ditulis dan diterangkan di dalam makalah ini bahwasannya ada tiga perilaku dalam  pergaulan dimasyarakat, yaitu meninggalkan perdebatan meskipun ia benar, tidak berdusta meskipun bergurau, dan baik budi pekertinya.
Bahwasannya dalam hadis tersebut dilarang untuk berdebat  dengan dilandasi keegoan, berdebat yang benar ialah di dasarkan pada keinginan untuk mencari kebenaran.
Dalam hadis ini juga menjelaskan bahwa tidak boleh berdusta meskipun bergurau, karena dusta itu perbuatan tercelah  Walupun tujuan bergurau itu mengundang tawa orang. Alas an apapun bergurau dengan dilandasi kebohongan tetap dilarang dalam islam.Dalam hadis ini juga mengajarkan manusia untuk memiliki sifat budi pekerti yang baik. Karena orang yang baik budi pekertinya akan ditingkatkan derajatnya disisi Allah Swt dan juga di janjikan surga  serta dianggap sebagai orang yang paling baik diantara sesama manusia yang lain.


B.     Kejujuran Membawa Kebajikan
عبد الله بن مسعود قال إن رسول الله قال: "حقا، فإنه (بصراحة) الذي يؤدي إلى الخير، والخير يؤدي إلى السماء، وينطبق ذلك مع شخص ما سجلت الله باعتباره الصديق صادقة جدا وصحيح). يؤدي إلى الغش والكذب والغش الذي يؤدي إلى جحيم. وكذب التي تم تسجيلها مع الله بأنه كاذب "(صدر عن الإمام البخاري في كتاب" الفصل "آداب: والله تعالى يقول: يا أيها الذين الله جميعا ويكون من هم الصحيح. ")

Artinya:
Abdullah ibnu mas’ud berkata bahwa nabi saw bersabda, “sesungguhnya benar (jujur) itu menuntun kepada kebaikan, dan kebaikan itu menuntun kesurga, dan seseorang itu berlaku benar sehingga tercatat disisi Allah sebagai seorang yang siddiq ( yang sangat jujur dan benar). Dan dusta menuntun kepada curang, dan curang itu menuntun kedalam neraka. Dan seorang yang berdusta sehingga tercatat disisi Allah sebagai pendusta.” (dikeluarkan oleh imam bukhari dalam kitab”tatakrama”bab:firman Allah ta’ala: hai orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan jadilah kamu semua bersama orang-orang yang benar.”) [2]
        
Penjelasan isi kandungan hadis diatas
Sebagaimana diterangkan diatas bahwa berbagai kebaikan dan pahala akan diberikan kepada orang yang jujur, baik di dunia maupun kelak diakhirat. Ia akan dimasukan kedalam surga dan mendapat gelar yang sangat terhormat, yaitu siddiq, artinya orang yang sangat jujur dan benar. bahkan dalam Al-quran dinyatakan bahwa orang yang selalu jujur dan selalu menyampaikan kebenaran dinyatakan sebagai orang yang bertaqwa. Sebagaimana firman Allah .


“Orang-orang yang datang menyampaikan kebenaran dan melakukannya (kebenaran itu), mereka itulah orang-orang yang taqwa” ( QS Az-zumar:33 )
Hal itu sangat pantas diterima oleh mereka yng jujur dan dipastikan tidak akan berkhianat kepada siapa saja, baik kepada Allah SWT, manusia, maupun dirinya sendiri. Orang yang jujur akan melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangannya, serta mengikuti segala sunah Rasulallah SAW, karena hal itu merupakan janjinya kepada Allah ketika mengucapkan dua kalimat syahadat. [3]
Dengan kata lain orang jujur akan menjadi orang yang paling taat kepada Allah swt. Dalam sebuah riwayat disebutkan tentang seorang baduy yng meminta nasihat kepada Rasulullah saw. Beliau saw. Hanya berkata “jangan bohong”. Perkataan rasulullah saw. Terus mengiang-ngiang ditelinga sang baduy sehingga setiap kali dia akan melakukan suatu perbuatan tercela, dia berpikir bahwa Rasulullah pasti akan menanyakannya dan dia  harus jujur. Dia pun tidak jadi melakukan perbuatan terlarang tersebut.
Analisi Hadis Diatas Sesuai Dengan Kacamata Seorang Pendidik Serta Kaitannya Dengan Berbagai Aspek Kehidupan
Pada perinsipnya hadis diatas memberikan makna bahwa:[4]
·        Setiap perbuatan akan mendapatkan imbalan sesuai dengan perbuatannya,
·       Siddiq sebagai cerminan kebaikan,
·       Dusta merupakan gambaran setiap yang jahat.
Jika seorang berusaha untuk berkata benar, manfaatnya bukan hanya bagi dirinya tetapi juga bagi orang lain. Begitupun sebaliknya, jika seseorang berkata dusta, perbuatnnya itu selain merugikan dirinya juga merugikan orang lain karena tidak akan ada lagi orang yang mempercayainya. Padahal kepercayaan seseorang sulit menemukan kesuksesan, bahkan tidak mustahil hidupnya akan cepat hancur.
Oleh karena itu kejujuran menuntun pelakunya pada kebaikan dan menuntunnya masuk surga, dan ia dicatat sebagai orang yang siddiq. Sebaliknya, berdusta akan menuntun pelakunya kepada perbuatan curang dan menuntunnya masuk neraka, dan ia dicatat sebagai pendusta.
Sifat jujur itu harus tertanam pada diri seseorang karena kejujuran seseorang itu sangat di perluakan oleh orang lain terutama diri sendiri. Orang yang jujur berarti ia telah bertaqwa kepada Allah,  Karena ia selalu mengungkapkan kebenaran.
Orang yang sudah benar-benar memiliki sifat kejujuran akan merasa takut setiap mengucapkan kebohongan karena ia tahu Allah maha melihat dan malaikat rokib atid akan mencatat amal baik dan buruknya.



C.    Orang Yang Jujur Mendapat Pertolongan Allah      

"أبو هريرة قانون الجمهورية وقال أن رسول الله قال: أي شخص يستخدم لملكية شخص آخر (للتجارة) وأراد أن يعيدها، ثم الله سوف (مساعدة) العودة. واستغرق كل من هو مع النية لتدمير الله سوف يفسد. (رواه البخاري، ابن majjah، وغير ذلك).

Artinya:
Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang menggunakan harta orang lain (untuk berdagang) dan dia ingin mengembalikannya, maka Allah akan (membantu) mengembalikannya. Dan barang siapa mengambilnya dengan maksud untuk merusaknya Allah pun akan merusaknya.” (HR Bukhari, ibnu majjah, dan selainnya).

Penjelasan isi kandungan hadis diatas
Dalam kehidupan masyarakat, ada sebagian orang yang suka meminjam uang atau barang kepada orang lain untuk digunakan sebagai penunjang usahanya. hal itu dibolehkan dalam islam dan Allah SWT. Akan menolong mereka kedalam kebaikan beniat untuk menggunakannya sebagai penunjang usahanya dan berniat untuk mengembalikan kepada pemiliknya.
Peminjam tidak berniat menipu pemilik modal dengan menggunakan uang yang dipinjamnya untuk berfoya-foya sehingga uang tersebut habis begitu saja dan ia sendiri tidak memiliki uang untuk menggantinya, hal itu merugikan pemilik modal karna akan menghentikan usahanya, yang sangat penting untuk membiayai keluarganya.[5]

Analisis Hadis Diatas Sesuai Dengan Kacamata Seorang Pendidik Serta Kaitannya Dengan Berbagai Aspek Kehidupan
Dalam hadis di atas mengajarkan kita untuk berkata jujur karena orang yang jujur akan mendapatkan pertolongan dari Allah swt. Hadis ini juga mengajarkan kita bagaimana cara pinjam meminjam (menggunakan harta orang lain) dengan baik, karena harta yang dipinjam itu merupakan suatu amanat yang dipercayakan oleh pemilik kepadanya.



BAB III
PENUTUP

A.    Kritik dan Saran
                  Demikian makalah yang dapat kami susun. Tentunya dalam penguraian di atas masih banyak pengurangan dan kelemahan di dalamnya. Oleh karena itu, kritik dan saran pembaca yang sifatnya membangun sangat kami harapkan. Untuk itu apabila dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan dalam uraian, kami mohon maaf yang sebesar besarnya. Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kelompok kami khususnya bagi para para pembaca umumnya amin.























DAFTAR PUSTAKA

·      Imam abu hamid Muhammad bin muhamad Al-ghazali, ihya ulum-addin,(semarang:Thaha putra, t.t.), Hal 114

·         Syafe’i,al-hadis”aqidah,akhlaq, social dan hokum” (Bandung:pustaka setia,2000,) Hal. 84

·      Imam abu hamid Muhammad bin muhamad Al-ghazali, ihya ulum-addin,(semarang:Thaha putra, t.t.), Hal 114

·         Racmat syafe’I, Prof. Dr. H.,_2000, Al-Hadis, Bandung : Pustaka Setia

·         Ny. Fauziyah Mz. Ba , dkk,_1993, Shahih Bukhari, Surabaya : Bintang Timur




















[1] Imam abu hamid Muhammad bin muhamad Al-ghazali, ihya ulum-addin,(semarang:Thaha putra, t.t.), Hal 114

[2] Syafe’i,al-hadis”aqidah,akhlaq, social dan hokum” (Bandung:pustaka setia,2000,) Hal. 84

[3] Imam abu hamid Muhammad bin muhamad Al-ghazali, ihya ulum-addin,(semarang:Thaha putra, t.t.), Hal 114

[4] Racmat syafe’I, Prof. Dr. H.,_2000, Al-Hadis, Bandung : Pustaka Setia

[5] Ny. Fauziyah Mz. Ba , dkk,_1993, Shahih Bukhari, Surabaya : Bintang Timur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar