KATA PENGANTAR
Syukur dan pujian
kekhadirat Allah SWT. Yang telah memberikan kesempatan kepada kami untuk bisa
memfresentasikan makalah ini yang berjudul : “Tingkah Laku Terpuji”
Dan Selawat beserta salam kepada Muhammad SAW dengan sepotong lafaz do’a
“Allohumma sholli ‘ala Muhammad wa ala ali Muhammad”
Selanjutnya kami ucapkan
terima kasih kepada Ibu Dosen Pembimbing yang telah berkenan membimbing kami
dalam mata kuliah “Hadits” yang
telah membantu. Dalam makalah ini tentu sangat banyak kelemahannya, oleh
karenanya kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan dan terlebih
dahulu kami ucapkan terima kasih.
Demikian makalah
ini kami sajikan semoga bermanfaat bagi kami dan pembaca.
|
|||
DAFTAR ISI
SAMPUL......................................................................................
1
KATA PENGANTAR................................................................ 2
DAFTAR ISI................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang.................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN
A. Pentingnya Kejujuran....................................... 5
B. Kejujuran
membawa Kebajikan........................ 7
C. Orang Yang Jujur Mendapat Pertolongan Allah
.......................................................................... 9
BAB III PENUTUP
A.
Kritik dan Saran................................................ 10
DAFTAR PUSTAKA
|
|||||||
|
|||||||
|
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam
sangat menghargai orang yang bersifat jujur. seorang muslim harus memiliki
tingkah laku terpuji sebagaimana tingkah laku terpiji yang dimiliki oleh
rasulullah saw(sidiq, tabbligh, amanah, fatonah), beliaulah panutan dan
suritauladan kita sebagai umatnya. Sebagai seorang muslim, walaupun semua itu
sulit apa lagi dengan selalu diuji dengan godaan-godaan setan, kita harus
tetap berusaha dan terus menerus belajar untuk selalu memperbaiki tingkah laku
kita sehingga kita bias mencerminkan tingkah laku terpuji yang dimiliki oleh
rasulullah dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam
hubungan social tingkah laku terpuji sangat menentukan kita dlam pandangan
orang lain terutama ketika kita sedang berbicara dengan seseorang yang lebih
tua dari kita. Namun, bukan berarti hanya dengan orang yang lebih tua lah
kita berbicara sopan, dengan teman sebayapun bahkan dengan seseorang
usianya lebih muda dari kita, kita harus selalu berusaha mencerminkan bahkan
mencontohkan nya kepada mereka.
Beberapa
Tingkah laku terpuji diantaranya yaitu bisa berupa Berbicara yang sopan,
kejujuran , budipekerti yang baik dan lain sebagainya. Jika kita
perhatikan realita sekarang tentang sebuah kejujuran sangtlah sulit kita
temukan. Untuk itu mulai dari saat ini kita harus menanamkan kejujuran
mulai dari diri kita sendiri.
Kami
mengharapkan makalah kami ini bisa dipahami terutama bisa
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Perumusan masalah dalam
makalah kami meliputi, memahami pentingnya kejujuran, kejujuran
membawa kebajikan, orang yang jujur mendapat pertolongan Allah swt. Dalam
rumusan masalah tadi, insaallah kami akan menjelaskan pemaparannya dalam isi
makalah kami ini.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pentingnya
Kejujuran
"أبو
أمامة يقول: قال
bakhili Rasullullah را أن الله قال: استطيع ان اؤكد منزل في
حديقة السماء لأولئك الذين يتركون النقاش على
الرغم من انه كان على حق. وتضمن
منزل في وسط الارتفاع
الكبير للأشخاص الذين لا تكذب
حتى يمزح. وتضمن
منزلا في أعلى جزء من الزيادة لعقل جيد
والحرف. "(HR أبو داود بسند أصيلة)
Artinya:
“Abu umamah Al:bakhili ra berkata bahwa rasullullah saw bersabda, saya
dapat menjamin suatu rumah di kebun syurga untuk orang yang meninggalkan
perdebatan meskipun ia benar. Dan menjamin suatu rumah di pertengahan surga
bagi orang yang tidak berdusta meskipun bergurau. Dan menjamin suatu rumah di
bagian tertinggi dari surga bagi orang yang baik budi pekertinya.” (Hr abu daud
dengan sanad yang sahih)
Penjelasan isi kandungan hadis di atas
Hadis
diatas menerangkan tiga perilaku penting yang mendapatkan jaminan surga dari
rasulullah bagi mereka yang memilikinya. Tentu saja, ke tiga perilaku ini harus
di iringi berbagai kewajiban lainnya yang telah ditentukan islam. Ketiga
perilaku tersebut adalah:[1]
1. Orang
yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benar
Berdebat atau
berbantah-bantahan adalah suatu pernyataan dengan maksud untuk menjadikan orang
lain memahami suatu pendapat atau mengurangi kewibawaan lawan debat dengan cara
mencela ucapannya sekalipun orang yang mendebatnya itu tidak tahu persis
permasalahan, karna kebodohannya. Dan yang lebih ditonjolkan
]dalam berdebat adalah
keegoannya sendiri sehingga ia berusaha mengalahkan lawan debatnya dengan
berbagai cara.
Sebenarnya, tidak semua
bentuk perdebatan dilarang dalam islam apa lagi kalau bedebat dalam
mempertahankan akidah. Hanya saja, perdebatan sering kali membuat orang lupa
diri terutama kalau perdebatannya oleh keegoan masing-masing, bukan di dasarkan
pada keinginan untuk mencari kebenaran.
2. Orang
yang tidak berdusta meskipun bergurau
Berdusta adalah
menyatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Dusta sangat
dilarang dalam islam. Karena selain merugikan diri sendiri, juga merugikan
orang lain.
Sebaliknya, islam sangat
menghargai orang yang bersifat jujur walupun dalam bercanda. Orang-orang yang
selalu jujur, sekli pun dalam bercanda sebagaimana di sebutkan dalam hadis
diatas dijaminkan oleh rasuallah saw. Satu tempat ditengah surga.
3. Orang
yang baik budi pekertinya
Sifat lainnya yang
meningkatkan derajat seseorang disisi Allah SWT. Dan juga dalam pandangan
manusia adalah akhlak terpuji.
Sifat orang yang
berakhlak mulia, diantaranya adalah bermuka manis, berusaha untuk membantu
orang lain dalam perkara yang baik, serta menjaga diri dari perbuatan jahat.
Orang yang memiliki sifat seperti itu selain dijanjikan surga sebagaimana
dinyatakan dalam hadis diatas, juga dianggap sebai orang yang paling baik
diantara sesame manusia lain.
Analisis Hadis diatas Sesuai Dengan Kacamata Seorang Pendidik Serta
Kaitannya Dengan Berbagai Aspek Kehidupan
Dalam
hadis diatas, yang diriwayatkan oleh abu dawud dengan snad yang shahih itu yang
telah ditulis dan diterangkan di dalam makalah ini bahwasannya ada tiga
perilaku dalam pergaulan dimasyarakat, yaitu meninggalkan perdebatan
meskipun ia benar, tidak berdusta meskipun bergurau, dan baik budi pekertinya.
Bahwasannya
dalam hadis tersebut dilarang untuk berdebat dengan dilandasi keegoan,
berdebat yang benar ialah di dasarkan pada keinginan untuk mencari kebenaran.
Dalam
hadis ini juga menjelaskan bahwa tidak boleh berdusta meskipun bergurau, karena
dusta itu perbuatan tercelah Walupun tujuan bergurau itu mengundang tawa
orang. Alas an apapun bergurau dengan dilandasi kebohongan tetap dilarang dalam
islam.Dalam hadis ini juga mengajarkan manusia untuk memiliki sifat budi
pekerti yang baik. Karena orang yang baik budi pekertinya akan ditingkatkan
derajatnya disisi Allah Swt dan juga di janjikan surga serta dianggap sebagai
orang yang paling baik diantara sesama manusia yang lain.
B. Kejujuran
Membawa Kebajikan
عبد الله بن مسعود
قال إن رسول الله قال:
"حقا، فإنه (بصراحة) الذي يؤدي
إلى الخير، والخير يؤدي إلى السماء، وينطبق ذلك مع شخص ما سجلت الله باعتباره
الصديق (أ صادقة
جدا وصحيح). يؤدي إلى الغش والكذب والغش
الذي يؤدي إلى جحيم. وكذب التي تم تسجيلها مع
الله بأنه كاذب "(صدر عن الإمام
البخاري في كتاب" الفصل
"آداب: والله تعالى يقول: يا أيها
الذين الله جميعا ويكون من هم الصحيح. ")
Artinya:
Abdullah ibnu mas’ud berkata bahwa nabi saw bersabda, “sesungguhnya
benar (jujur) itu menuntun kepada kebaikan, dan kebaikan itu menuntun kesurga,
dan seseorang itu berlaku benar sehingga tercatat disisi Allah sebagai seorang
yang siddiq ( yang sangat jujur dan benar). Dan dusta menuntun kepada curang,
dan curang itu menuntun kedalam neraka. Dan seorang yang berdusta sehingga
tercatat disisi Allah sebagai pendusta.” (dikeluarkan oleh imam bukhari dalam
kitab”tatakrama”bab:firman Allah ta’ala: hai
orang-orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan jadilah kamu semua
bersama orang-orang yang benar.”) [2]
Penjelasan isi kandungan hadis diatas
Sebagaimana
diterangkan diatas bahwa berbagai kebaikan dan pahala akan diberikan kepada
orang yang jujur, baik di dunia maupun kelak diakhirat. Ia akan dimasukan
kedalam surga dan mendapat gelar yang sangat terhormat, yaitu siddiq, artinya
orang yang sangat jujur dan benar. bahkan dalam Al-quran dinyatakan bahwa orang
yang selalu jujur dan selalu menyampaikan kebenaran dinyatakan sebagai orang
yang bertaqwa. Sebagaimana firman Allah .
“Orang-orang yang datang menyampaikan kebenaran dan melakukannya
(kebenaran itu), mereka itulah orang-orang yang taqwa” ( QS Az-zumar:33 )
Hal itu
sangat pantas diterima oleh mereka yng jujur dan dipastikan tidak akan
berkhianat kepada siapa saja, baik kepada Allah SWT, manusia, maupun dirinya
sendiri. Orang yang jujur akan melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi
segala larangannya, serta mengikuti segala sunah Rasulallah SAW, karena hal itu
merupakan janjinya kepada Allah ketika mengucapkan dua kalimat syahadat. [3]
Dengan
kata lain orang jujur akan menjadi orang yang paling taat kepada Allah swt. Dalam
sebuah riwayat disebutkan tentang seorang baduy yng meminta nasihat kepada
Rasulullah saw. Beliau saw. Hanya berkata “jangan bohong”. Perkataan rasulullah
saw. Terus mengiang-ngiang ditelinga sang baduy sehingga setiap kali dia akan
melakukan suatu perbuatan tercela, dia berpikir bahwa Rasulullah pasti akan
menanyakannya dan dia harus jujur. Dia pun tidak jadi melakukan perbuatan
terlarang tersebut.
Analisi Hadis Diatas Sesuai Dengan Kacamata Seorang
Pendidik Serta Kaitannya Dengan Berbagai Aspek Kehidupan
Pada perinsipnya hadis
diatas memberikan makna bahwa:[4]
· Setiap perbuatan akan mendapatkan
imbalan sesuai dengan perbuatannya,
· Siddiq
sebagai cerminan kebaikan,
· Dusta
merupakan gambaran setiap yang jahat.
Jika seorang berusaha untuk
berkata benar, manfaatnya bukan hanya bagi dirinya tetapi juga bagi orang lain.
Begitupun sebaliknya, jika seseorang berkata dusta, perbuatnnya itu selain
merugikan dirinya juga merugikan orang lain karena tidak akan ada lagi orang
yang mempercayainya. Padahal kepercayaan seseorang sulit menemukan kesuksesan,
bahkan tidak mustahil hidupnya akan cepat hancur.
Oleh
karena itu kejujuran menuntun pelakunya pada kebaikan dan menuntunnya masuk
surga, dan ia dicatat sebagai orang yang siddiq. Sebaliknya, berdusta akan
menuntun pelakunya kepada perbuatan curang dan menuntunnya masuk neraka, dan ia
dicatat sebagai pendusta.
Sifat
jujur itu harus tertanam pada diri seseorang karena kejujuran seseorang itu
sangat di perluakan oleh orang lain terutama diri sendiri. Orang yang jujur
berarti ia telah bertaqwa kepada Allah, Karena ia selalu mengungkapkan
kebenaran.
Orang
yang sudah benar-benar memiliki sifat kejujuran akan merasa takut setiap
mengucapkan kebohongan karena ia tahu Allah maha melihat dan malaikat rokib
atid akan mencatat amal baik dan buruknya.
C. Orang Yang
Jujur Mendapat Pertolongan Allah
"أبو
هريرة قانون الجمهورية وقال أن رسول الله قال:
أي شخص يستخدم لملكية شخص آخر (للتجارة) وأراد أن يعيدها،
ثم الله سوف (مساعدة)
العودة. واستغرق كل
من هو مع النية لتدمير الله سوف يفسد.
(رواه البخاري، ابن majjah، وغير ذلك).
Artinya:
Abu Hurairah r.a. berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa
yang menggunakan harta orang lain (untuk berdagang) dan dia ingin
mengembalikannya, maka Allah akan (membantu) mengembalikannya. Dan barang siapa
mengambilnya dengan maksud untuk merusaknya Allah pun akan merusaknya.” (HR
Bukhari, ibnu majjah, dan selainnya).
Penjelasan isi kandungan hadis diatas
Dalam
kehidupan masyarakat, ada sebagian orang yang suka meminjam uang atau barang
kepada orang lain untuk digunakan sebagai penunjang usahanya. hal itu
dibolehkan dalam islam dan Allah SWT. Akan menolong mereka kedalam kebaikan
beniat untuk menggunakannya sebagai penunjang usahanya dan berniat untuk
mengembalikan kepada pemiliknya.
Peminjam
tidak berniat menipu pemilik modal dengan menggunakan uang yang dipinjamnya
untuk berfoya-foya sehingga uang tersebut habis begitu saja dan ia sendiri
tidak memiliki uang untuk menggantinya, hal itu merugikan pemilik modal karna
akan menghentikan usahanya, yang sangat penting untuk membiayai keluarganya.[5]
Analisis Hadis Diatas Sesuai Dengan Kacamata Seorang
Pendidik Serta Kaitannya Dengan Berbagai Aspek Kehidupan
Dalam hadis
di atas mengajarkan kita untuk berkata jujur karena orang yang jujur akan
mendapatkan pertolongan dari Allah swt. Hadis ini juga mengajarkan kita
bagaimana cara pinjam meminjam (menggunakan harta orang lain) dengan baik,
karena harta yang dipinjam itu merupakan suatu amanat yang dipercayakan oleh
pemilik kepadanya.
BAB III
PENUTUP
A. Kritik dan Saran
Demikian makalah yang dapat kami susun. Tentunya dalam penguraian di
atas masih banyak pengurangan dan kelemahan di dalamnya. Oleh karena itu,
kritik dan saran pembaca yang sifatnya membangun sangat kami harapkan. Untuk
itu apabila dalam pembuatan makalah ini terdapat kesalahan dalam uraian, kami
mohon maaf yang sebesar besarnya. Akhirnya semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi kelompok kami khususnya bagi para para pembaca umumnya amin.
DAFTAR PUSTAKA
·
Imam abu hamid Muhammad bin
muhamad Al-ghazali, ihya ulum-addin,(semarang:Thaha putra, t.t.), Hal 114
·
Syafe’i,al-hadis”aqidah,akhlaq, social dan hokum” (Bandung:pustaka
setia,2000,) Hal. 84
·
Imam abu hamid Muhammad bin
muhamad Al-ghazali, ihya ulum-addin,(semarang:Thaha putra, t.t.), Hal 114
·
Racmat syafe’I, Prof. Dr.
H.,_2000, Al-Hadis, Bandung : Pustaka Setia
·
Ny. Fauziyah Mz. Ba ,
dkk,_1993, Shahih Bukhari, Surabaya : Bintang Timur
[1] Imam abu hamid Muhammad bin muhamad
Al-ghazali, ihya ulum-addin,(semarang:Thaha putra, t.t.), Hal 114
[3] Imam abu hamid Muhammad bin muhamad
Al-ghazali, ihya ulum-addin,(semarang:Thaha putra, t.t.), Hal 114
[4] Racmat syafe’I, Prof. Dr. H.,_2000,
Al-Hadis, Bandung : Pustaka Setia
[5] Ny. Fauziyah Mz. Ba ,
dkk,_1993, Shahih Bukhari, Surabaya : Bintang Timur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar